JudulBuku : Bicara itu Ada Seninya. Penulis : Oh Su Hyang. Penerbit : Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, Cetakan Kesembilan: Mei 2019. Tebal : 238 halaman. Harga : Rp67.000,00. Kemampuan komunikasi selalu berperan penting untuk menunjukkan karakter seseorang. Hal tersebut menjadi alasan saya mempertimbangkan buku ini untuk dibeli.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "TAHUKAH ANDA BAHWA BERBICARA ITU ADA SENINYA? Ketika komunikasi menjadi penting untuk kompetisi, pakar komunikasi Oh Su Hyang telah menerbitkan sebuah buku yang luar biasa. Selain pengalaman peningkatan diri, buku ini mencakup berbagai topik tentang komunikasi, persuasi, dan teknik bagaimana cara berbicara yang baik? Apakah berbicara dengan artikulasi yang jelas? Atau berbicara tanpa mengambil tarikan napas? Tidak! Sebuah kata yang bisa disebut baik hati adalah kata yang bisa menyenangkan hati. Ucapan seseorang kampiun mempunyai daya tarik tersendiri. Ucapan pemandu program mempunyai kemampuan menghidupkan suasana & kekuatan kalimatnya yg terus harus tahu bagaimana berbicara untuk mengekspresikan diri Anda kepada orang lain dalam kehidupan sosial. Pembicara yang efektif lebih maju daripada yang lain. Untuk mencapai tujuan Anda dalam komunikasi, persuasi dan negosiasi, Anda perlu mengetahui metode komunikasi yang efektif. Buku ini dideskripsikan agar siapa saja dapat memahaminya. Ada banyak detail menarik tentang orang-orang terkenal serta rahasia utama komunikasi. Jika Anda membacanya dengan seksama, saya yakin kepercayaan diri Anda berbicara akan meningkat dengan sendirinya. "Kelebihan Sampul buku ini elegan dengan sampul tipis dengan latar belakang motif jeans yang khas. Selain itu, setiap bab buku ini dimulai dengan kutipan dari kata-kata mutiara, seperti "Bicaralah seperti seorang pemimpi dan impian Anda akan menjadi kenyataan" di bab pertama dan " Belajar lama untuk memahami panjang" di bab keempat. Dari segi konten, buku ini selalu menceritakan kisah-kisah para tokoh inspiratif di bidang media untuk menginspirasi para pembaca yang ingin mengasah kemampuan komunikasinyaKekurangan Sebagian besar karakter dalam buku ini adalah tokoh masyarakat Korea, sehingga pembaca Indonesia merasa kurang familiar. Buku ini memberikan lebih dari sekedar penjelasan tentang teknik komunikasi pemasaran. Jadi ada beberapa bagian yang tidak dijelaskan secara detailJudul Bicara Itu Ada Seninya Rahasia Komunikasi yang EfektifPenulis Oh Su Hyang Penerjemah Asti NingsihPenyunting Yosepha Ary Hascaryani. KPenyelaras Akhir Aprilia WirahmaDesain Aditya RamaditaPenerbit Penerbit Bhuana Ilmu PopulerISBN 978-602-455-392-0Tahun terbit Cetakan Kedua Belas, Desember 2019xiv+ 238 hal, ; 14,020,0 cm Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Buku ini dijabarkan agar dapat dimengerti oleh siapa saja. Anda dapat belajar dari banyak pengalaman orang-orang terkenal dan juga mengenai rahasia inti komunikasi. Bicara Itu ada Seninya : Rahasia Komunikasi yang Efektif: Author: Oh Su Hyang: Publisher: Bhuana Ilmu Populer, 2021: ISBN: 6230404036, 9786230404030: Length: 254 pages: Subjects Saya bingung, setelah baca buku ini saya coba Googline si penulis, tp malah ga ketemu ya. padahal di cover buku nya tertulis, dosen dan pakar komunikasi terkenal di Korea Selatan. Harus ketik pakai huruf korea gitu? udah cobain juga Googling pakai judul asli si buku "the secret habits to master your art of speaking", ga nemu juga si penulis. katanya terkenal tapi kok ga masuk Wiki? hmm.. aneh juga tips sukses presentasi dan wawancara kerja Bukunya ringan banget, hanya 230an halaman. Kertas buram, spasi standar, bahasa mudah dicerna. Tapi sayang banyak beberapa kasus yang hanya valid di Korea Selatan, buku ini sampai menyuruh mempraktekkan ssuara "dehem"-an berbahasa seperti "aaa" "mmm" "ngg", dan beberapa kata yang diminta untuk dicobain oleh pembaca. Masalahnya bahasa yang dipake kan bahasa Korea, saya mana ngerti cara melafazkannya dengan baik dan benar. Ok nah ini beberapa poin penting yang bisa saya Share ke temen temen, yang pada intinya buku ini mengajarkan beberapa tips teknis supaya bisa bicara / public speaking / negosiasi dengan baik Membanggakan diri = tidak disukai orang Pernah ga ketemu orang yang sepanjang waktu membicarakan prestasi dan kehebatannya? enek kan dengernya? meskipun itu fakta, meskipun itu benar, meskipun itu adalah jerih payahnya sendiri, tetep aja "enek" kita dengernya. Belum lagi hampir pasti semua prestasi yang dibanggakan itu pasti ada dilebih lebihkan meskipun sedikit, lebih "enek" lagi.. Jadi janganlah kita berbicara dengan orang, dengan terus menerus membanggakan diri sendiri, sesekali boleh lah, tapi tetep jaga topic pembicaraan itu dengan objektif, bukan sombong. Tidak ada kesempatan kedua Bicara 30 detik, efeknya bisa bertahun tahun. setuju? pasti punya memori tentang nasihat orang tua kan? nah itulah contohnya. Jadi dalam bicara dengan orang ataupun presentasi, dilarang keras berpikir nanti kesempatan selanjutnya saya akan buat lebih baik, atau kali ini saya kerjakan "asal2an" dulu.. Meskipun pembicaraan itu nanti akan diulang, atau akan ada presentasi selanjutnya, namun pertemuan pertama itu penting sekali! jangan dianggap remeh. Jangan disclaimer merendahkan diri sendiri saat awal Pernahkah anda presentasi lalu diawali dengan kata kata ini "saya tidak sempat bikin ini dengan serius ..." "presentasi ini baru saya buat banget ...." "maaf ini banyak kesalahan..." ternyata kata kata tersebut fatal! karena membuat suasana menjadi negatif, dan mungkin saja secara tidak langsung audience anda akan resist terhadap materi yang anda sampaikan. Kalau ingin sukses, bicaralah seperti orang sukses Ini klasik sih, tapi banyak yang belum mempraktekkan. Mau jago ngomong? ya harus punya panutan yang bisa dicontoh. Seperti dosen saya Pak Budi Rahardjo, beliau sudah ribuan kali presentasi / mengajar, beliau tetap punya tuh "role model" public speaking. Puji lawan bicara Siapa yang ga seneng dipuji? semua orang pasti seneng. Nah khusus untuk bicara empat mata atau diskusi dengan team kecil, memuji bisa sangat efektif. Karena dengan memuji, orang jadi senang, dan akan lebih open dengan materi yang kita sampaikan. mengungkit ngungkit kebaikan sendiri? hell no! Jujur ini beberapa kali sering saya lakukan ketika rapat dengan team saya, saya sering ngebahas kebijakan "positif" yang saya lakukan. Ternyata ini DILARANG KERAS! ini kurang lebih sama dengan poin pertama yang di atas. Satu kata kunci yang tepat lebih baik daripada 10 ungkapan Keep it simple, stupid! itu rumusnya, atau disingkat jadi KISS. Jangan terlalu diplomatis, jangan terlalu "ngawang", jangan terlalu banyak perumpamaan. Jika semua itu bisa dirangkum menjadi kalimat yang jelas! mengapa tidak? Tidak ada yang terlahir sebagai presenter ulung Semua presenter terkenal, pasti latihan presentasi atau setidaknya sudah 10000 jam lebih dia presentasi. baca Review Buku Outliers - Malcolm Gladwell. Jangan mimpi bisa preesntasi yang bagus, bisa wawancara dengan sukses, kalau ga latihan! serius ini, harus dipraktekkan, jangan sok jago. Bahkan Steve Jobs saja latihan presentasi kok! Long run = Long learn Ini agak ga nyambung dengan konteks utama buku ini, tapi bener juga teorinya. Jadi kalau mau sukses jangka panjang, pasti dibutuhkan belajar jangka panjang juga. Jangan harap belajar sedikit, mendapatkan sukses yang luar biasa. Keep learning! Presentasi bukan pamer kehebatan bicara Wah saya kaget pas baca ini, bener juga nih! Jadi ga melulu orang yang jago bicara itu menghasilkan presentasi yang baik. Yang lebih utama adalah kematanga materi daripada jago ngomong. Orang yang ga bisa ngomong, tapi data presentasi disiapkan dengan super matang lebih baik daripaa orang yang jago ngomong tapi ga persiapan sama sekali Jika jualan, jangan ada kata paksaan "belilah!" Ini khusus untuk yang mau jualan, katanya sih soft selling tidak bilang "belilah" itu lebih efektif ketimbang yang hard selling. hmm.. sebenernya saya kurang sepakat sih dengan ini, tapi ok juga namabah insight. == Terakhir saya tutup dengan quotes bagus dari buku ini "untuk pidato tiga menit, kita harus menyiapkan waktu tiga minggu. untuk pidato sepuluh menit, memerlukan waktu satu minggu. Dan jika ingin berpidato selama satu jam, maka langsung saja" Buku IKIGAI ini sudah dicetak sebanyak 500.000 eksemplar, buku ini ditujukan untuk para pemuda-pemuda yang sedang mencari jati diri serta makna dari tujuan hidup mereka, seseorang yang tertarik dengan kehidupan orang jepang yang hidup bahagia dan panjang umur atau siapapun yang ingin memiliki hidup yang sehat secara fisik dan jasmani.Sebuah Resensi Bicara itu ada seninya The Secret Habits To Master Your Art Of Speaking Rahasia komunikasi yang efektif karya Oh Su Hyang. Bicara itu ada seninya The Secret Habits To Master Your Art Of Speaking Rahasia komunikasi yang efektif karya Oh Su Hyang, seorang dosen sekaligus pakar komunikasi terkenal di Korea Selatan. Sebuah buku yang menarik perhatian saya ketika mencari buku tentang public buku setebal 238 halaman ini kita diajarkan banyak hal pengembangan teknik berkomunikasi, persuasi, dan negoisasi. Ilmu yang diberikan bersumber dari pengalaman pribadi sang penulis dan juga orang-orang sukses yang memiliki komunikasi yang bagus. Tentunya ini sangat cocok buat kamu yang ingin meng-upgrade kemampuan bahasa yang mudah dimengerti serta cerita dari pengalaman orang-orang sukses seperti pembawa acara, marketer perusahaan besar, penyiar, hingga presiden yang mampu menggetarkan hati kustomer dan masyarakat luas dengan teknik berkomunikasinya yang baik. Jelas bahwa berbicara itu memang ada seninya dan tidak asal keluar saja dari dalam buku ini mengatakan bahwa; "Ucapan seorang juara memiliki daya tarik tersendiri. Ucapan pemandu acara memiliki kemampuan untuk menghidupkan suasana. Anda harus pandai berbicara untuk menunjukkan diri Anda kepada lawan bicara dalam kehidupan sosial. Orang yang berbicara dengan mahir akan menjadi lebih maju daripada yang lainnya. Untuk mencapai tujuan komunikasi, persuasi, dan negosiasi, Anda harus mengetahui metode komunikasi yang efisien".Oh Su Hyang dalam buku ini memberikan semangat agar kita percaya diri dalam berkomunikasi. Bahwasanya memang semua itu tidak ada yang instan. Melalui kisah orang-orang terkenal dan sukses dalam bidangnya masing- masing ia memberikan contoh kepada kita tentang sebuah usaha. Berlatih adalah kunci. Semua orang bisa bernyanyi, tapi belum tentu enak untuk didengarkan oleh orang lain. Makanya ada yang namanya les vokal, kan? Begitu pula dengan berbicara, yang awalnya terbata-bata bisa berbicara dangan baik melalui latihan yang hal pembelajaran yang saya ambil dari salah satu kutipan dalam buku Bicara Itu Ada Seninya yang berbunyi; "Teknik terpenting dalam berbicara adalah mendengarkan". Ini yang banyak orang belum kuasai. Mereka belajar berbicara dengan teknik yang mumpuni, atau memang memiliki bakat sejak lahir tapi tidak pernah mau mendengarkan lawan bicaranya. Terkesan sangat egois, bukan? Tentunya jika kita berhadapan dengan lawan bicara yang seperti itu pasti sangat mengesalkan membaca buku Bicara Itu Ada Seninya membuat saya ingin membaca buku pengembang diri dengan tema komunikasi yang lainnya. Nanti setelah saya selesai membaca akan saya buat resensinya lagi di blog ini. Oh iya, buku yang saya baca ini yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Asti Ningsih. Diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer dengan tanggal penerbitan 30 April 2018, ISBN 9786024553920, dan Soft kamu tertarik untuk membacanya buku ini tersedia di Gramedia dan toko buku kesayangan kamu baik online maupun Resensi "Bicara Itu Ada Seninya" Rahasia Komunikasi Yang Efektif. Mohon maaf jika ada kekurangan dalam penulisan dan bahasa karena manusia tidak luput dari kesalahan meskipun sudah berusaha sempurna.
dari 3 Resensi Buku Judul Buku: : The Secret Habits To Master Your Art Speaking BERBICARA ITU ADA SENINYA : Rahasia Komunikasi Yang Efektif. Penulis : OH SU HYANG : Dosen dan Pakar Komunikasi di Korea Selatan Penerbit : Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia. Jalan Pal Merah Barat 29-37 Unit 1, Lantai 2, Jakarta 10270 Tahun Terbit : 2019• Judul buku Bicara Itu Ada Seninya.• Tahun terbit Cetakan Kelima. Desember 2018• Nama Penerbit Bhuana Ilmu Populer• Kota Diterbitkan Jakarta • Alamat Penerbit Jl. Palmerah barat 29-37, unit 1, lantai 2, Jakarta 10270 Bicara Itu Ada Seninnya atau The Secret Habits To Master Your Art of Speaking merupakan buku karya Oh Su Hyang, seorang dosen dan pakar komunikasi asal Korea Selatan. Buku ini menjelaskan bagaimana cara meningkatkan kemampuan berbicara yang baik dan efektif sehingga tujuan komunikasi, persuasi, dan negoisasi dapat tercapai. Buku ini sangat ringan untuk ditulis dan mudah di mengerti oleh umum. Meskipun merupakan buku terjemahan dari bahasa asing, dapat saya katakan tim penerjemah berhasil menerjemahkan buku ini dengan baik. Tidak ada penggunaan istilah tinggi yang hanya di mengerti oleh mereka ahli-ahli bahasa, bahkan saya sendiri pun menikmati membaca buku ini dengan santai seperti membaca sebuah buku novel. Setiap bagian dibagi menjadi beberapa sub bab, yang selalu dibuka dengan cuplikan konsultasi dari beberapa orang mengenai masalah yang mereka hadapi, mulai dari pekerjaan, percintaan dsb. Yang kemudian berusaha di jelaskan oleh Penulis mengenai akar permasalahannya dan kemudian tips untuk mengatasinya. Bahkan di beberapa bagian, Penulis memberikan contoh dari para tokoh ternama yang pernah mengalami situasi yang sama Pada awal pembahasan buku ini, dijelaskan mengenai perbedaan antara orang yang “sukses” da “belum sukses” yang terkadang disebabkan oleh “ucapannya”. Komunikasi berperan sangat penting untuk menilai seseorang saat pertama kali bertemu, kalau kesannya baik akan mudah, pun kalau kesannya kurang baik maka akan semakin sulit untuk membangun suatu trust yang kuat dari lawan bicara kedepannya. Dijelaskan pula berbagai Sebab seseorang “takut” ketika berbicara, cara-cara berbicara yang salah, serta pentingnya memperhatikan bahasa nonverbal ketik berkomunikasi. Pada inti pembahasan, akan diberikan penjelasan lebih spesifik tentang teknik-teknik atau seni dalam berbicara secara lebih baik, dimulai dari pentingnya mendengarkan sebelum berbicara, teknik negosiasi, teknik storytelling, penggunaa repetisi yang tepat, hingga dasar-dasar percakapan yang terkadang kita lupakan tetapi sebenarnya sangat penting. Setelah pembahasan inti, diakhir kita bisa mendapat inspirasi dari beberapa public figure yang memiliki suara yang kita anggap “bagus”. Ternyata, suara bagus itu bukan bawaan dari lahir, akan tetapi bisa juga merupakan hasil latihan yang terstruktur dan terencana dengan baik. Berbicara ternyata bukan hal sepele ataupun bukan bawaan, seperti layaknya tubuh yang atletis, hal ini bisa dilatih jika memang kita memiliki tekad yang kuat. Tidak ada yang instan, semuanya harus melalui proses yang baik. Dengan kemampuan berkomunikasi yang lebih efektif, maka tentu kita akan mampu menghindari banyaknya permasalahan dalam kehidupan yang setelah ditelusuri ternyata berakar dari miskomunikasi dari pihak-pihak yang terlibat. Buku ini bisa menjadi salah satu panduan praktis untuk melatih kemampuan ini, yang tentu membutuhkan suatu komitmen untuk bisa mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, tidak harus selalu cepat, tapi perlahan, maka kemampuan komunikasi kita pun akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Selanjutnya, ada bagian kedua yang berjudul “Pintar Mendengar, Pandai berbicara”. Pada bagian ini, Oh Su Hyang memberikan rumus terapi komunikasi agar dapat berkomunikasi dengan baik, yaitu C = Q × P × R. C’ untuk communication atau komunikasi. Ada tiga hal untuk memenuhinya yaitu, Q’ untuk question atau pertanyaan, P’ untuk praise atau pujian, dan R’ untuk reaction atau reaksi. Selain itu, terdapat penjelasan juga bahwa obrolan yang baik itu diukur berdasarkan kualitas bukan kuantitas. Kemudian, dijelaskan pula teknik membujuk paling ampuh, negosiasi untuk memperoleh keinginan, serta inti dari perdebatan ialah mendengarkan lawan bicara. Kemudian, dilanjutkan dengan bagian ketiga yang berjudul “Ucapan yang Membuat Lawan Bicara Memihak Kita”. Di bagian ini kita akan diberi penjelasan mengenai suksesnya sebuah produk karena satu kata kunci. Contohnya, iklan Chocopie. Chocopie telah lama menjadi camilan rakyat Korea sejak akhir tahun 70-an. Produk ini dapat bertahan hingga saat ini karena produsen mengemas produk mereka dengan kata kunci “perasaan”. Dengan konsep “perasaan” yang familier dengan rakyat Korea menjadikan produk ini terus dilirik konsumen untuk menyampaikan perasaan mereka pada orang-orang di sekitarnya. Selain itu, bagian ini juga membahas bagaimana seorang produsen dapat menetapkan nilai produk dengan baik supaya dapat bertahan menghadapi persaingan pasar. Selanjutnya, ada bagian keempat yang berjudul “Beratnya Ucapan Ditentukan oleh Dalamnya Isi”. Bab ini diawali dengan kutipan kata-kata mutiara “Long Learn for Long-Run”. Kemudian, Oh Su Hyang memberikan contoh melalui kisah hidup pembawa acara terkenal Korea Selatan, Yoo Jae Suk. Sebelum mampu memukau mata banyak penonton dengan kelihaian dalam membawakan beragam program hiburan, Yoo Jae Suk pernah menjadi seorang reporter untuk acara Entertainment Weekly, Ia yang masih berusia 20-an berkali-kali gagap karena saking gugupnya ketika siaran berlangsung. Sehingga hal ini membuatnya di keluarkan dari acara tersebut. Melalui kisah Yoo Jae Suk ini, Oh Su Hyang menyadarkan pembaca bahwa semua orang memiliki titik start yang sama dalam hal bicara komunikatif. Kemampuan berbicara bukanlah bawaan lahir. Bagian kelima sekaligus terakhir dari buku ini berjudul “Suara Bagus Bukan Bawaan dari Lahir”. Pada bagian ini, disajikan teknik-teknik mengolah suara berdasarkan pengalaman Oh Su Hyang yang terdiri dari vokalisasi, melenturkan organ artikulasi, dan bernapas ala Choi Bool Am. Kemudian, diberikan kisah-kisah inspiratif dari tokoh publik Korea Selatan yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mulai dari aktor Song Joong Ki hingga pembawa acara kondang Lee Geum Hee dan solois Korea Selatan Sung Si Kyung. Kelebihan dari buku ini banyak sekali yang sudah menjelaskan tentang cara berkomunikasi tapi kesemuanya hanya menjelaskan secara teknis dan teorinya saja sehingga susah dimengerti. Tetapi buku ini dikemas dengan bahasa yang menarik dan sederhana sehingga mudah dimengerti seperti membaca novel. Buku ini juga menceritakan beberapa tokoh terkenal dan sukses yang akan menambah motivasi pembaca. Kekurangan buku ini terdapat teknik-teknik komunikasi, perusasi, dan negosiasi. Tetapi teknik-teknik yang dijelaskan terpencar di beberapa sub bab dan terkadang judul sub bab tidak nyambung dengan teknik yang dijabarkan. Hal ini akan membuat pembaca kesulitan untuk mencari teknik yang pernah dibaca karena harus mengecek ulang setiap halaman. 3 Rekomendasi Buku Ilmu Komunikasi Terpopuler. 1. Komunikasi Itu Ada Seninya - Oh Su Yang. Dari pengalaman penulis yang mengajar lebih dari 200 kali dalam setahun, berurusan dengan para wirausahawan, memberikan pelatihan psikologi dan masih banyak lagi, Oh Su Yang mendapati bahwa cara komunikasi yang efektif adalah berdasarkan psikologi. Apa yang diucapkan oleh seseorang dapat menggambarkan karakter seseorang, sehingga jika kita ingin membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, maka kita harus memperbaiki bagaimana cara kita berkomunikasi. Sedemikian pentingnya ucapan, kita harus pandai berbicara untuk menunjukkan diri kita kepada lawan bicara dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, bagi kamu yang ingin berlatih berbicara dengan baik, hal pertama yang sebaiknya kamu lakukan adalah mencari buku komunikasi yang tepat, seperti buku Bicara Itu Ada Seninya yang ditulis oleh Oh Su Hyang. Buku mega best seller yang sangat direkomendasikan ini, sangat cocok untuk kamu untuk yang bermasalah dalam berbicara dan ingin tahu dasar-dasar percakapan dengan orang lain. Baca selengkapnya Review Buku Bicara Itu Ada Seninya. Keunggulan buku ini adalah seperti membaca rangkaian puisi, setiap kalimatnya jelas dan mudah dimengerti, sehingga sangat mudah diterapkan di kehidupan sehari-hari. Review Buku Bicara Itu Ada Seninya Ucapan yang baik adalah yang bisa menggetarkan hati. Untuk mencapai tujuan komunikasi, persuasi, dan negosiasi, kita harus mengetahui metode komunikasi yang efisien. Menurut penulis, siapa pun bisa meningkatkan kemampuannya asalkan mau berusaha. Dengan keyakinan itulah, beliau menulis buku yang berisi kumpulan metode berbicara. Buku ini berbeda dengan banyak buku di pasaran yang sebagian besar merupakan buku teknis, bahan pengajaran, atau terjemahan yang sulit dinikmati dan dipahami oleh awam. Dengan memperbaiki kemampuan berbicara, seseorang dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Dengan kata lain, buku ini didedikasikan untuk mereka yang berjuang untuk masa depannya. Lalu, apa saja, sih, poin penting yang ada dalam buku Bicara Itu Ada Seninya? Poin Penting dalam Buku Bicara Itu Ada Seninya 1. Kekuatan Storytelling Cerita yang menembus ke dasar hati tidak hanya akan menutupi kekurangan yang dimiliki, tetapi juga menciptakan nilai lebih tersendiri. Bahkan menurut Doug Stevenson, konsultan ahli presentasi dan pelatih teknik mengajar terbaik di Amerika, storytelling merupakan cara untuk memperkenalkan diri yang sangat efektif, tidak hanya untuk wawancara, tetapi juga dalam pertemuan bisnis ataupun pribadi. Storytelling atau teknik menyampaikan cerita tidak hanya untuk mereka yang ingin menjadi pembicara, tapi bisa menjadi senjata besar dalam kehidupan sosial kita. Storytelling yang baik menurut buku Bicara Itu Ada Seninya membutuhkan empat hal, yaitu tema, konflik, simpati, dan solusi, serta dua faktor tambahan, yaitu pembalikan dan alasan. Untuk menyampaikan sebuah cerita, kita harus memiliki tema yang menonjol dan cerita yang ingin disampaikan harus konsisten dengan tema. Untuk membuat sebuah kisah yang menarik, jangan lupa juga unsur konflik dan klimaks. Jangan lupa bahwa konflik lah yang membuat orang-orang tenggelam dalam cerita. Selain itu, sebuah cerita harus familier dengan kehidupan pembaca dan mudah dipahami untuk bisa menarik simpati. Cerita yang dramatis juga harus menyajikan katarsis solusi terhadap konflik. Selain itu, perhatikan juga alur cerita yang dipilih karena alur cerita yang sama sekali tidak bisa ditebak akan memancing rasa penasaran dan konsentrasi. Namun, alur cerita yang tidak terduga hanya opsional, tergantung kepada kondisi. 2. Berbicara = Mendengar Seseorang yang pintar berbicara bukan berarti mempunyai suara yang jernih dan enak didengar, tetapi lebih kepada isi ucapan yang terkandung di dalamnya. Ketika kita menjalin komunikasi dengan orang lain, kita harus menunjukkan ketertarikan kepada orang lain. Dalam artian, kita tidak hanya membicarakan diri sendiri tetapi juga memikirkan lawan bicara. Hal ini mengacu pada teknik terpenting dalam komunikasi, yaitu mendengar. Seperti yang disampaikan oleh Larry King, aturan pertama dalam berdialog adalah mendengarkan. Menurut Larry King, kita harus menunjukan dengan sungguh-sungguh bahwa kita tertarik dengan apa yang sedang dikatakan oleh lawan bicara, sehingga dia akan berbuat yang sama kepada kita. Ketika kita sungguh-sungguh tertarik pada lawan bicara, kita akan memberikan ruang bagi dia untuk mengungkapkan ceritanya. Alfred Adler, seorang psikolog menyatakan bahwa ketertarikan ini dapat memberikan pengaruh besar dalam teori pengembangan diri. Di dalam buku Bicara Itu Ada Seninya, penulis memberikan “Aturan 1-2-3” ketika kita sedang melakukan dialog. Sekali berbicara. Dua kali mendengarkan. Tiga kali memberi umpan balik. Inilah yang dibutuhkan bagi kita yang ingin meningkatkan kemampuan berkomunikasi, dan juga bagi pasangan yang mengalami hambatan komunikasi. Di akhir buku, pembaca akan menyadari bahwa komunikasi menjadi hal yang penting untuk bersaing. Buku Bicara Itu Ada Seninya berisi tentang pengalaman peningkatan diri, juga memuat berbagai konten mengenai teknik komunikasi, persuasi, dan negosiasi. Buku ini dapat kamu beli di atau bisa juga kamu dapatkan di toko buku Gramedia terdekat di kotamu. wwJT.